Hari itu, Selasa 23 Mei 2017, cuaca cerah di Desa Suweto, Kecamatan Muara Samu, Kabupaten Paser, Provinsi Kalimantan Timur. Anggota Kelompok Tani Hutan (KTH) Alas Taka pun bersemangat dengan seragam lapangannya yang berwarna putih hijau lengkap dengan topi lapangan dan sepatu boot, menanti dimulainya pelaksanaan Kegiatan Panen Padi dan Pencanangan Hutan Energi. Kegiatan ini adalah hasil kemitraan antara Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) Kendilo dengan masyarakat Desa Suweto untuk mewujudkan hutan yang lestari, KPHP yang mandiri, dan masyarakat yang sejahtera.
Desa Suweto terletak di pinggiran kawasan hutan KPHP Kendilo. Lahan yang berada di dekat desa mereka selama ini berupa semak belukar dan tidak memiliki manfaat secara ekonomi, sosial maupun lingkungan. Pernah masyarakat Desa Suweto berupaya menanam pohon kelapa sawit, namun gagal karena tidak sesuai dengan karakteristik lahan. Masyarakat Desa Suweto bergantung hidup pada pertanian, namun selama ini tidak menghasilkan cukup untuk penghidupan. Desa mereka juga terletak jauh yaitu dua jam perjalanan dari pusat Kota Tana Paser dan tidak dialiri listrik.
KPHP Kendilo, sebagai wujud hadirnya negara untuk pengelolaan hutan di tingkat tapak, sejak tahun 2015 mulai mengajak masyarakat Desa Suweto untuk mengelola lahan tidur tersebut dengan menerapkan prinsip pengelolaan hutan berkelanjutan. Bukan hal yang mudah dan langsung dapat diterima bagi KPHP Kendilo untuk mengajak mereka membangun hutan melalui program kemitraan berbasis masyarakat. Melalui kerja kerasnya, KPHP Kendilo, dengan didukung oleh Balai Pengelolaan Hutan Produksi (BPHP) Wilayah XI Samarinda, berhasil mengajak masyarakat Desa Suweto untuk mentransformasi lahan tidur tersebut menjadi areal produktif yang bermanfaat secara ekonomi, sosial dan lingkungan. Pilihan kegiatan awal kemitraan jatuh pada agroforestry. Dalam perkembangannya, melihat potensi dan semangat masyarakat, maka mulai dikembangkan hutan energi, dan jasa lingkungan.
Kenapa agroforestry? Berdasarkan hasil studi bersama dengan akademisi (Universitas Mulawarman), agroforestry tepat untuk pemanfaatan lahan tidur dengan karakteristik lahan tersebut. Agroforestry seluas 100 hektare dikembangkan dengan kombinasi penanaman tanaman keras antara lain jenis meranti, ulin, sengon, dan tanaman pangan seperti padi, jagung, klengkeng, kemiri, durian, aren dan mangga. Tanaman keras kayu merupakan investasi ekonomi jangka panjang bagi KPHP dan masyarakat Desa Suweto di samping berperan untuk mengembalikan fungsi lingkungan hutan produksi dan pengaturan tata air dan tanah. Sementara tanaman pangan dan buah-buahan menjadi sumber penghasilan jangka pendek dan menengah masyarakat Desa Suweto untuk membantu meningkatkan penghidupan mereka.