Mentari sudah sudah mulai condong ke Barat dan similir angin memasuki gedung kantor yang terletak di perbukitan ini, membuat suasana sore itu tampak nyaman dan adem. Kami tim fact finding proyek FIP 2 yang terdiri dari tim PT. Raka (Mamad dan Umar) dan IC Project (Yusi dan Ebe) dan wakil KLHK (Alfan) disambut ramah Erwan Sudaryanto dan Isma Chairani Hasibuan saat berkunjung ke BPHP Wilayah XI Samarinda. Kami dipersilahkan memasuki ruangan rapat di lantai satu dan di ruangan ini kami berkesempatan mendapatkan cerita dari kedua orang kunci yang mengawal implementasi Proyek FIP 2 di lapangan.
Hal yang menarik yang dikemukan Erwan Sudaryanto Kepala BPHP Wilayah XI Samarinda yang menjadi catatan kunci kami yaitu bahwasanya FIP 2 telah berhasil mengubah paradigma berpikir, sikap dan perilaku masyarakat dari mind set yang dulunya dikelilingi sawit sekarang mau berusaha dengan dampingan KPH dalam hutan. Hal ini sangat penting dan luar biasa karena dengan sendirinya, mereka akan menjaga hutan. Demikian secara umum Erwan menilai capaian FIP 2 selama ini.
Hal senada pun disampaikan Bu Isma sapaan akrab Isma Chairani Hasibuan yang menjadi bendahara Proyek FIP di lingkup BPHP XI Samarinda bahwa dengan adanya proyek FIP 2 ini sangat membantu masyarakat dalam pengembangan ekonominya. Menurut Isma, terutama usaha yang paling maju yaitu usaha madu sudah mulai dikenal publik dan dilirik pengusaha dari pasar luar negeri. Selain kualitas yang baik, madu yang dihasilkan masyarakat kelompok tani hutan dampingan KPH Kendilo ini juga dari sisi kemasan sudah baik dan rasanya bersaing. Rencana bisnis madu trigono bahkan sudah disusun di mana ke depannya akan menjadi navigasi pengembangan bisnis madu ini.
Setelah berdiskusi dan berfoto bersama, kami dilepas tim BPHP Samarinda dan tujuan perjalanan kami selanjutnya menuju Paser wilayah kerja KPH Kendilo yang menjadi mitra Proyek FIP 2 di Kalimantan Timur. Kami merasa beruntung bahwa mendapatkan supir yang paham Paser dan kami berharap bisa tiba dengan lancar dan cepat ke Paser. Karena besok, kami sudah membuat jadual bertemu dengan KTH mitra proyek FIP 2 di Tanah Grogot. Kata Bu Isma, kami kira-kira akan tiba tengah malam sekitar jam 12.00 di Tanah Grogot.
Entah mengapa dan tanpa bertanya panjang lebar, kami mengikuti saja apa kata supir yang mengantar kami saat memilih jalur yang berbeda -yang umum kami kenal- menuju Balikpapan dan Paser. Menurutnya dengan melewati daerah Handil dan Samboja, kami akan tiba dengan cepat di tujuan. Sebagai penumpang, kami tidak banyak bertanya dan mengajukan usulan, percaya saja supir tahu yang terbaik jalurnya. Tetapi kenyataannya di malam pekat yang dingin, kami melewati jalan-jalan yang rusak, berbatu; padahal berharap tadinya bisa segera masuk ke jalan tol agar bisa segera sampai. Saat tiba di Samboja-lah baru kami masuk ke tol. Guman dalam hati, mengapa dari tadi tidak langsung masuk tol saat dari Samarinda ya?
Sudahlah, kampung tengah perlu diisi, lelah dan lapar tiba di Balikpapan sekitar jam 09.30-an, dan artinya perjalanan kami dari Samarinda ke Balikpapan tadi selama 4-5 jam. Tidak banyak membuang waktu, kami memilih warung tenda dan menikmati rawon dan sup daging saja agar cepat dan lumayan membuat hangat perut.
Kami melanjutnya perjalanan, tiba di penyeberangan Kariangau Balikpapan tengah malam. Setelah menyeberang selama kurang lebih selama satu jam ke Penajam Paser Utara (calon Ibu Kota Negara yang baru), kami melanjutkan perjalanan lagi menuju Tanah Grogot Kabupaten Paser. Suasana pagi yang pekat, sepi, dingin dan gelap sepanjang kiri kanan jalan membuat penerangan satu-satunya hanya dari lampu mobil yang kami pakai.
Dalam kondisi yang lelah dan ngantuk, supir kami yang sedari tadi rupanya sudah mengantuk, kehilangan kendali, dan akhirnya menyupir mobil keluar dari jalur jalan raya. Untung saja di pagi buta itu, kendaraan lain tidak ada dan kanan kiri jalan tidak ada jurang sehingga kami masih bisa kembali ke jalur utama. Untung saja salah satu tim kami, Mas Ancu (video maker) bisa membawa kendaraan sehingga bisa menggantikan supir yang mengantuk ini. Dibawa kemudi Mas Ancu, kami akhirnya tiba di Hotel Bumi Paser pukul 03.30 pagi. Total perjalanan sekitar 10 jam. Melelahkan dan menegangkan, perjalanan tim fact finding di Kendilo ini nyaris berujung maut.
Kami beristirahat cukup baik, pagi jam 08.00 kembali kami sarapan pagi di Hotel Bumi dan lanjut kegiatan FGD dengan kelompok tani hutan, supporting unit (SU), fasilitator lokal (faslok) serta pimpinan KPH Kendilo dan jajarannya. Kami bersyukur, perjalanan 10 jam saban malam sepadan dengan banyak mendapatkan cerita seru dari teman-teman masyarakat yang datang dari berbagai desa. Mereka pada umumnya memiliki kendala tetapi tetap bersemangat mengembangkan segala potensi di daerahnya. Kami juga belajar banyak bahwa dedikasi dan kerjasama yang baik antara para SU, faslok dan tim penyuluh dari KPH Kendilo menjadi kunci sukses pelaksanaan proyek FIP 2 di KPH Kendilo. Proyek FIP 2 berhasil memberdayakan masyarakat dan mengembangkan kelembagaan KPH.
FGD di Tanah Grogot (24/11/2021) ditutup dengan testimoni manis Kepala KPH Kendilo Muhammad Hijrafie (Rafie) soal manfaat bantuan FIP 2, katanya "FIP 2 merupakan program yang telah banyak membantu dalam hal kelembagaan KPH dan juga membantu untuk pengembangan usaha di tingkat masyarakat. Kami sangat terbantu dengan adanya FIP 2 ini karena berbagai rencana kegiatan usaha yang telah kami rintis itu bisa terlaksana dengan baik hingga saat ini. Harapan saya FIP 2 ini menjadi menjadi dasar saya untuk bisa mengembangkan lebih besar lagi ke depan".
FGD di Tanah Grogot (24/11/2021) ditutup dengan testimoni manis Kepala KPH Kendilo Muhammad Hijrafie (Rafie) soal manfaat bantuan FIP 2, katanya "FIP 2 merupakan program yang telah banyak membantu dalam hal kelembagaan KPH dan juga membantu untuk pengembangan usaha di tingkat masyarakat. Kami sangat terbantu dengan adanya FIP 2 ini karena berbagai rencana kegiatan usaha yang telah kami rintis itu bisa terlaksana dengan baik hingga saat ini. Harapan saya FIP 2 ini menjadi menjadi dasar saya untuk bisa mengembangkan lebih besar lagi ke depan".
ooo